suaranurani.com | PAMEKASAN – Pesantren Bustanul Ulum, sebuah pesantren tradisional di Pamekasan, Madura, kini bertransformasi menuju pesantren yang lebih bersih, sehat, dan mandiri melalui penerapan konsep “Pesantren BERSEMI”. Konsep ini diperkenalkan oleh tim pengabdian masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang diketuai oleh Achmad Syafiuddin sebagai bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat tahun 2024. Pesantren BERSEMI, akronim dari “Bersih, Sehat, dan Mandiri,” dikembangkan sebagai upaya untuk memberdayakan pesantren tradisional agar lebih peduli terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan, sekaligus menumbuhkan potensi kemandirian ekonomi.
Achmad Syafiuddin, pencetus konsep ini, mulai mengembangkan Pesantren BERSEMI sejak tahun 2021 dengan tujuan mentransformasi pesantren-pesantren tradisional. Ia percaya bahwa lingkungan yang bersih dan sehat akan menciptakan generasi yang lebih kuat dan berdaya saing.
“Kami ingin memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat, khususnya di pesantren-pesantren yang selama ini kurang tersentuh oleh program-program kesehatan dan lingkungan,” ujarnya.
Program ini mendapat dukungan penuh dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Program Pesantren BERSEMI di Pesantren Bustanul Ulum dilaksanakan melalui beberapa tahap yang terencana. Pertama, dilakukan tahap peningkatan kesadaran melalui pelatihan dan pendampingan mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pada tahap ini, tim pengabdian masyarakat Unusa memberikan edukasi mengenai pentingnya kebersihan dalam mencegah penyakit. Santri diberikan pemahaman mengenai bahaya penyakit yang disebabkan oleh air tidak bersih serta pentingnya mencuci tangan yang benar.
Selanjutnya, program berfokus pada pelatihan dan penerapan teknologi pengolahan air dan pengelolaan sampah untuk menciptakan lingkungan pesantren yang lebih bersih. Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah demonstrasi cuci tangan enam langkah dengan sabun. Tim Unusa mempraktikkan langkah-langkah ini di hadapan para santri, yang kemudian langsung mempraktikkannya. Selain itu, santri juga dilatih untuk memilah sampah organik dan anorganik, yang merupakan bagian dari upaya pesantren untuk mencapai keberlanjutan lingkungan.
Sampah organik, seperti sisa makanan dan daun, dapat diolah menjadi kompos yang kemudian dimanfaatkan untuk keperluan pertanian pesantren. Di sisi lain, sampah anorganik, seperti plastik dan logam, didaur ulang agar tidak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) dan menambah pencemaran. Upaya pemilahan sampah ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran santri akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik.
Menuju Pesantren yang Mandiri
Tahap akhir dari konsep Pesantren BERSEMI adalah menciptakan kemandirian ekonomi di kalangan pesantren. Untuk mendukung kemandirian ini, tim pengabdian masyarakat Unusa memberikan pelatihan kepada santri mengenai pengolahan kompos dan budidaya tanaman yang menggunakan pupuk kompos hasil olahan sendiri. Selain itu, pesantren diharapkan dapat menghasilkan produk unggulan yang bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan pendapatan pesantren.
Achmad Syafiuddin menjelaskan bahwa program ini tidak hanya berhenti pada edukasi kesehatan dan lingkungan, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi.
“Kami ingin santri di pesantren memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menciptakan produk-produk bernilai tambah. Dengan demikian, mereka tidak hanya sehat secara fisik tetapi juga mandiri secara ekonomi,” ungkapnya.
Konsep Pesantren BERSEMI diharapkan bisa menjadi contoh bagi pesantren-pesantren lainnya di seluruh Indonesia. Achmad Syafiuddin berharap bahwa program ini bisa terus berjalan dan berkembang dengan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun sektor swasta.
“Kami sangat berharap adanya kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan melalui dana tanggung jawab sosial (CSR) mereka, agar program ini bisa berkelanjutan dan mencakup lebih banyak pesantren tradisional,” tambahnya.
Pesantren BERSEMI telah memberikan dampak positif bagi para santri di Bustanul Ulum. Mereka kini lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta berlatih untuk mandiri secara ekonomi. Dengan sinergi antara pesantren, pemerintah, dan sektor swasta, diharapkan program ini dapat memperluas dampaknya dan menjadi gerakan nasional yang membawa pesantren tradisional di Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.(acs)