suaranurani.com | SURABAYA – Mengenal lebih dekat dengan budaya Tuli, istilah Tuli sendiri sudah lama dikenal dengan sebutan tunarungu dalam istilah medis (kehilangan indera pendengaran) yang memiliki makna negatif bagi komunitas Tuli. Namun kini istilah Tuli lebih familiar digunakan dengan penulisan huruf kapital di awal “T” yang memiliki makna positif serta lebih nyaman untuk menandakan identitas mereka.
Midtown Hotels Indonesia mengundang karyawan hotel yang ada di Surabaya untuk mengikuti workshop tentang budaya Tuli dan belajar bahasa isyarat guna menambah wawasan baru karena tidak menutup kemungkinan tamu hotel juga adalah teman Tuli.
20 peserta teman dengar yang berasal dari Midtown Hotel Surabaya, Midtown Residence Surabaya, Crown Prince Hotel Surabaya dan Verwood Hotel & Serviced Residence Surabaya, mulai dari tim resepsionis, pramusaji, tim Human Resources, kepala departemen restoran hingga General Manager menghadiri kelas pengenalan budaya Tuli yang dipandu oleh tim TIBA (Tim Bisindo Dan Aksesibilitas Surabaya) dan TATULI (Cerita Teman Tuli) Surabaya.
“Program pengenalan budaya Tuli dan bahasa isyarat ini diharapkan bisa menjadikan value lebih sebagai profesi pekerja bidang perhotelan yang dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik kepada semua tamu yang datang tanpa terkecuali, seperti tamu yang berkebutuhan khusus termasuk teman Tuli,”pungkas Bapak Dony Manuarva selaku Corporate General Manager Midtown Hotels Indonesia.
Pak Wawan dari TIBA memberikan materi tentang budaya Tuli salah satunya adalah cara berkomunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan Bisindo / Bahasa Isyarat Indonesia yang dilakukan dengan ekspresi dan gestur, menggunakan bahasa verbal dengan cara melihat gerak bibir dan melalui tulisan bisa menggunakan goresan pena ataupun melalui gadget.
Sesi berikutnya peserta teman dengar diajak belajar bahasa isyarat abjad huruf A hingga Z oleh Kak Abhi dari Cerita Teman Tuli. Dengan sabar dan luwes Kak Abhi memberikan praktek dalam menggerakkan jemarinya membentuk semua huruf secara bergantian. Sesekali gerakan mengangkat tangan dan membuka telapak tangan serta menggoyang-goyangkannya sebagai pertanda tepuk tangan karena sudah terjadi komunikasi yang berhasil dan menyenangkan.
Dengan dibantu penerjemah bahasa isyarat, Alya, perempuan yang masih aktif menimba ilmu disalah satu universitas di Surabaya menjembatani komunikasi antara teman dengar dan teman Tuli seperti yang dilontarkan oleh Kus Andi selaku Corporate Public Relations Midtown Hotels Indonesia kepada semua peserta yang hadir.
“Mari berkomunikasi dua arah. Bukan hanya teman Tuli saja yang berusaha untuk mengerti namun, kita sebagai teman dengar juga harus mampu beradaptasi dengan budaya teman Tuli”, ajaknya.
Diakhiri dengan bermain game, 1 baris berisi 10 orang berjajar kebelakang untuk menyampaikan kalimat rahasia yang sudah ditentukan dan diperagakan kembali kepada teman lainnya secara bergantian menggunakan bahasa isyarat tanpa suara hanya gerakan tangan.
“Luar biasa seru, ini pengalaman pertama belajar bahasa isyarat yang nantinya bisa membantu saya sebagai resepsionis hotel, dulu sudah pernah beberapa kali mendapati tamu Tuli, karena keterbatasan pemahaman kami berkomunikasi hanya melalui tulisan, dengan pengetahuan baru ini walaupun masih sedikit paling tidak bisa membuat tamu tuli lebih merasa nyaman nantinya”, ujar Fitri, resepsionis hotel Midtown Residence Surabaya menceritakan pengalamannya. (acs)